Selasa, 31 Mei 2011

How Do Search, Experience and Credence Attributes Influence Consumers on Brand Choice

oleh : Rusli, M. Sulistio
Publikasi : Journal of Management and Business Review vol. 4 no. 1 (Jan. 2007), page 1-12

Understanding the consumers' purchase behavior is very crucial for a company in a very competitive market. The notion that experience and credence attributes are ambiguous for consumers has already been accepted by scholars. However, the impacts of these kinds of attribute on brand choice are still not well understood and studied. This study attempts to review some literature and develop hypotheses regarding the of effects of search, experience and credence attributes on brand choice. Based on these hypotheses, a study could be conducted so that how search, experience and credence attributes influence consumers on brand choice could be explored.....................(baca_selengkapnya )

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management). e-mail ke : kana_ati@yahoo.com atau kanaidi@poltekpos.ac.id

Butuh Artikel/Jurnal Lainnya ?, click di :

HUBUNGAN ANTARA CITRA MEREK (BRAND IMAGE) OPERATOR SELULER DENGAN LOYALITAS MEREK (BRAND LOYALTY) PADA MAHASISWA PENGGUNA TELEPON SELULER

DI FAKULTAS EKONOMI REGULER UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
oleh : Lutiary Eka Ratri - 2007

ABSTRAK
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara citra merek operator seluler dengan loyalitas merek pada mahasiswa pengguna telepon seluler di Fakultas Ekonomi Reguler Universitas Diponegoro Semarang. Sampel pada penelitian ini berjumlah 214 mahasiswa yang terbagi dalam empat tahun angkatan. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik proportional stratified random sampling.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan dua skala, yaitu skala citra merek dan skala loyalitas merek. Skala citra merek terdiri atas 26 item, serta memiliki daya beda antara 0,302 sampai dengan 0,532 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,850. Alat ukur lain yang digunakan adalah skala loyalitas merek yang terdiri dari 27 item, memiliki daya beda item yang berkisar antara 0,300 sampai dengan 0,677 dan koefisien reliabilitas sebesar 0, 886.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,501(r = 0,501 p<0,05), dan sumbangan efektif sebesar 25,1 %. Loyalitas merek pada mahasiswa dipengaruhi oleh citra merek operator seluler sebesar 25,1 %, dan sisanya sebesar 74,9 % dipengaruhi oleh variabel lainnya. Citra merek mahasiswa berada pada kategori tinggi, sedangkan loyalitas merek mahasiswa berada pada kategori sedang.
Kata kunci : citra merek, loyalitas merek, operator seluler, mahasiswa

PENDAHULUAN
Sejak pertama diluncurkannya teknologi seluler, telekomunikasi telah sampai pada titik dimana teknologi telekomunikasi dikembangkan dengan tujuan membuat komunikasi antar manusia lebih mudah, lebih cepat, mudah dalam mengakses dan dalam menggunakan serta diinovasikan dalam segala bentuk yang yang bahkan mungkin tidak terbayangkan sebelumnya . Hal ini merupakan fokus utama dari setiap operator seluler sebagai reaksi dari banyaknya....... (baca_selengkapnya )

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management). e-mail ke : kana_ati@yahoo.com atau kanaidi@poltekpos.ac.id

Butuh Artikel/Jurnal Lainnya ?, click di :


Senin, 30 Mei 2011

Strategi Perluasan Merek dan Loyalitas Konsumen

Oleh : Fajrianthi & Zatul Farrah
Publikasi pada : INSAN Vol. 7 No. 3, Desember 2005

ABSTRAK
Fenomena tentang perluasan merek telah menjadi sesuatu yang tidak asing bagi kita para konsumen. Kita telah melihat berbagai merek melakukan strategi ini untuk memasarkan produknya. Contohnya merek Adidas yang semula kita kenal sebagai merek sepatu olah raga, saat ini telah memperluas penggunaan mereknya pada produk pakaian bahkan parfum.
Merek Gillete yang semula hanya digunakan pada produk silet kini digunakan pada produk alat pencukur dan after shave lotion. Merek Sony yang pada awalnya digunakan pada produk tape recorder kemudian memperluas penggunaan mereknya ke berbagai produk seperti televisi, radio, VCD, DVD bahkan laptop dan handphone yang berbeda dari parent brand. Kemudian Honda, merek ini tidak hanya sekedar dikenal dengan produk mobilnya, tetapi juga produk sepeda motor, penyapu salju, pemotong rumput, mesin kapal dan mobil salju. Strategi ini tidak hanya dilakukan oleh merek berskala multinasional, tapi juga oleh merek yang nasional merek ABC yang semula kita kenal sebagai merek kecap telah memperluas penggunaan mereknya untuk produk lain seperti, sirup, mie instan dan saus tomat serta sambal. Begitupula dengan merek Pepsodent yang semula hanya digunakan sebagai merek pasta gigi, saat ini telah meluas pada produk cairan pembersih mulut dan permen. Perluasan merek memang merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan merek (Kotler, 2000). Namun apakah strategi tersebut efektif untuk mempertahankan loyalitas konsumen?. Tulisan ini mencoba untuk mengkaji hal tersebut. Tujuannya agar dapat diperoleh wawasan yang lebih komprehensif mengenai hal ini serta berguna bagi pihakpihak yang berminat memanfaatkannya.
Keywords: Strategi perluasan merek, citra merek, loyalitas konsumen

......(baca_selengkapnya )

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management). e-mail ke : kana_ati@yahoo.com atau kanaidi@poltekpos.ac.id
Butuh Artikel/Jurnal Lainnya ?, click di :

ANALISIS PENGARUH CITRA MEREK DAN KESADARAN MEREK TERHADAP EKUITAS MEREK SUSU CAIR DALAM KEMASAN “INDOMILK”

oleh : ARIEF YULIAN SUBEKTI - 2010

ABSTRACT
This research was based on phenomenon of brand competition from various companies in obtaining Top Brand Award. Consumers tend to believe in the brands that reached the Top Brand Award. The decline of the top brand index Indomilk for packaged liquid milk category about 6% from 2009-2010 indicate there were problems on brand equity of Indomilk. The problem in this research is "What is the effect of brand image and brand awareness on Brand Equity Indomilk". Brand image and brand awareness are likely to influence the brand equity and very important to build strong brand equity. Therefore the aim of this study is to analyze the influence of brand image and brand awareness on Brand Equity of Indomilk.
This research took samples from 100 respondents who have purchased or consumed Indomilk packaged liquid milk using purposive samples and accidental samples methods. Afterwards analyzing the obtained data both quantitatively and qualitatively methods. Qualitative analysis is the interpretation of data obtained in the field and analysis of open answers given by respondents, whereas quantitative analysis includes: reability and validity test, the classic assumption test, multiple linear regression analysis, F test, t test, and analysis of coefficient of
determination.
The results of this research show that the brand image (X1) and brand awareness (X2) are proven significantly affect the brand equity (Y). Among the analyzed independent variables both brand awareness is a variable that has the greatest influence on the dependent variable followed by brand image.
Keywords: Brand Image, Brand Awareness and Brand Equity

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di pasar yang serba kompetitif seperti sekarang ini, merek mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup sebuah perusahaan. Apalagi pemasaran di masa yang akan datang lebih menjadi persaingan antar merek, yaitu persaingan untuk merebut konsumen melalui merek. Selain itu merek bukan hanya dianggap sebagai sebuah nama, logo ataupun simbol. Lebih dari itu merek merupakan nilai yang ditawarkan sebuah produk bagi konsumen yang memakainya.
Kotler dan Keller (2007) menyatakan bahwa merek sebenarnya merupakan sarana untuk membedakan barang-barang dari satu produsen dengan produsen yang lain. Bahkan pada tataran yang lebih tinggi merek menurut Kotler dan Keller (2007) dapat memainkan sejumlah peran penting untuk . . . . . .......(baca_selengkapnya )

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management). e-mail ke : kana_ati@yahoo.com atau kanaidi@poltekpos.ac.id

Butuh Artikel/Jurnal Lainnya ?,
click di :

Merek

Jenis- Jenis Merek

* Merek Dagang

Merek jasa adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.

* Merek Jasa

Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

* Merek Kolektif

Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.

Berbeda dengan produk sebagai sesuatu yg dibuat di pabrik, merek dipercaya menjadi motif pendorong konsumen memilih suatu produk, karena merek bukan hanya apa yg tercetak di dalam produk (kemasannya), tetapi merek termasuk apa yg ada di benak konsumen dan bagaimana konsumen mengasosiasikannya.

Menurut David A. Aaker, merek adalah nama atau simbol yang bersifat membedakan (baik berupa logo,cap/kemasan) untuk mengidentifikasikan barang/jasa dari seorang penjual/kelompok penjual tertentu. Tanda pembeda yang digunakan suatu badan usaha sebagai penanda identitasnya dan produk barang atau jasa yang dihasilkannya kepada konsumen, dan untuk membedakan usaha tersebut maupun barang atau jasa yang dihasilkannya dari badan usaha lain.

Merek merupakan kekayaan industri yang termasuk kekayaan intelektual.

Secara konvensional, merek dapat berupa nama, kata, frasa, logo, lambang, desain, gambar, atau kombinasi dua atau lebih unsur tersebut.

Di Indonesia, hak merek dilindungi melalui Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001. Jangka waktu perlindungan untuk merek adalah sepuluh tahun dan berlaku surut sejak tanggal penerimaan permohonan merek bersangkutan dan dapat diperpanjang, selama merek tetap digunakan dalam perdagangan.
click di [http://id.wikipedia.org/wiki/Merek ]


Fungsi Merek

* Tanda Pengenal untuk membedakan hasil produksi yang dihasilkan seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum dengan produksi orang lain atau badan hukum lainnya.
* Sebagai alat promosi, sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup dengan menyebutkan mereknya.
* Sebagai jaminan atas mutu barangnya.
* Menunjukkan asal barang/jasa dihasilkan.
click di [http://id.wikipedia.org/wiki/Merek ]

Pendaftaran Merek

Yang dapat mengajukan pendaftaran merek adalah :

* Orang (persoon)
* Badan Hukum (recht persoon)
* Beberapa orang atau badan hukum (pemilikan bersama)
click di [ http://id.wikipedia.org/wiki/Merek ]

Fungsi Pendaftaran Merek


* Sebagai alat bukti bagi pemilik yang berhak atas merek yang didaftarkan.
* Sebagai dasar penolakan terhadap merek yang sama keseluruhan atau sama pada pokoknya yang dimohonkan pendaftaran oleh orang lain untuk barang/jasa sejenis.
* Sebagai dasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang sama keseluruhan atau sama pada pokoknya dalam peredaran untuk barang/jasa sejenis.
click di [http://id.wikipedia.org/wiki/Merek ]

Refference :
Ditjen HKI(2006). Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Ditjen HKI dan EC-ASEAN Cooperation on Intellectual Property Rights (ECAP II).

Artikel lengkap dikompilasi oleh :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management). e-mail ke : kana_ati@yahoo.com atau kanaidi@poltekpos.ac.id

Butuh Artikel/Jurnal Lainnya ?,
click di :

Jumat, 20 Mei 2011

CITRA MEREK: DIMENSI, PROSES PENGEMBANGAN SERTA PENGUKURANNYA

oleh : Roslina
Publikasi pada : JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN, Volume 6 No. 3, Mei 2010

ABSTRAK
Citra merek (brand image) digunakan oleh konsumen untuk mengevaluasi suatu produk ketika konsumen tidak memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang suatu produk. Konsumen cenderung akan memilih produk yang telah terkenal dan digunakan oleh banyak orang daripada produk yang belum dikenalnya.
Citra merek memiliki tiga dimensi, yaitu: citra perusahaan (corporate image), citra produk (product image) dan citra negara yang menghasilkan suatu produk (country of origin image). Ketika konsumen mengevaluasi citra merek suatu produk, konsumen juga mengevaluasi kualitas produk, perusahaan yang menghasilkan serta negara penghasil produk tersebut.
Citra merek dibentuk oleh berbagai elemen identitas merek (brand identity) dengan iklan sebagai salah satu media terpenting untuk memberikan informasi kepada konsumen dan menempatkan merek di pikiran konsumen.
Citra merek dapat diukur menggunakan atribut, manfaat, dan keseluruhan sikap konsumen terhadap merek. Manfaat yang dirasakan oleh konsumen merupakan elemen kunci yang menentukan citra merek. Manfaat ini terdiri dari manfaat fungsional, manfaat simbolis dan manfaat pengalaman.
Keywords : brand image, corporate image, product image, country of origin image.

Semakin banyak merek yang berada di pasar untuk satu jenis produk memberikan alternatif pilihan kepada konsumen. Konsumen pada umumnya akan mengevaluasi produk dengan membandingkan kualitas, harga, serta merek sebelum melakukan suatu pembelian. Pada umumnya konsumen akan memilih suatu produk yang telah mereka kenal daripada produk yang tidak pernah mereka ketahui.

Citra merek berfokus pada dua perspektif, yaitu perusahaan dan konsumen. Pendekatan yang dilakukan oleh perusahaan berhubungan langsung dengan perbaikan aktivitas pemasaran serta strategi menempatkan (positioning) dan memelihara (retaining) citra merek yang positif.
Pendekatan konsumen didasarkan pada sikap konsumen dalam menginterpretasi citra merek dan ekuitas merek. Pentingnya suatu merek di pasar dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mengevaluasi fakta tentang bagaimana konsumen menginterpretasikan citra dari suatu merek dan kemampuan perusahaan untuk mengelola strategi penempatan merek, yang menyatakan ekuitas merek kepada konsumen.
Citra merek dapat dipersepsikan secara positif maupun negatif oleh konsumen. Hal ini tergantung dari memori serta pengalaman konsumen terhadap suatu merek. Jika konsumen memiliki pengalaman yang baik serta menyenangkan terhadap merek suatu produk maka hal tersebut akan terekam dalam memori dan konsumen akan mempersepsikan produk tersebut secara positif, demikian juga sebaiknya.

Definisi Citra Merek
Citra merek merupakan petunjuk yang akan digunakan oleh konsumen untuk mengevaluasi produk ketika konsumen tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang suatu produk. Terdapat kecnderungan bahwa konsumen akan memilih produk yang telah dikenal baik melalui pengalaman menggunakan produk maupun berdasarkan informasi yang diperoleh melalui berbagai sumber.
Citra merek menurut Keller (2008:51) adalah persepsi ...................

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management).

Butuh Artikel/Jurnal lainnya ?, click di :

An Analysis Of Brand Equity Determinants: Gross Profit, Advertising, Research, And Development

by : David J. Smith
(Published : Journal of Business & Economics Research – November 2007)

ABSTRACT
The topic of brand equity continues to be of great importance to private sector firms in the creation and development of both product and company brand strategy. This study analyzes the relationship of different variables and brand equity with the purpose of providing useful insight into brand management and advancement. This research approach is unique in its use of private sector generated measures of brand equity as the main data source. The methodology entails collecting financial information from a list of publicly traded companies evident on the annual Interbrand ranking of top brand values, then executing statistical analysis using correlation and regression. Results make evident a significant positive correlation between brand equity and gross profit, advertising expense, and research and development expense. However, findings reveal that advertising is not as important a driver of brand equity in the short-term as put forward in previous research and evidence suggesting the presence of dynamics and non-linear effects exists.

INTRODUCTION
rand equity has received a great deal of research interest in the past 15 years and continues to be one of the most appealing fields of marketing for private sector firms. Brand equity issues are important in the design and development of a company and its product or service offerings. However, academics have not achieved a robust or widely accepted methodology of measuring a firm‟s brand equity or the effect of different variables on the valuation of a brand. The purpose here is not to develop an acceptable methodology for valuating brand equity, but rather to make observations based on the correlation of brand equity with selected variables in order to better understand the constructs. The importance of evaluating brand equity is clearly visible in recent merger and acquisition activity. The 2005 acquisition of Gillette Company by Proctor and Gamble illustrated this as the purchase price of $57 billion was 19 times Gillette‟s earnings before interest, taxes, and depreciation (Byrnes 2005). Why was the acquisition price so large? The value and perceived future earnings of the brands acquired in the deal – Gillette, Duracell, Braun and Oral-B played a large part in the determination of the purchase price. Researchers have also found that brands with high brand equity receive a considerable purchase price, even when a company has declared bankruptcy (Kaikati and Kaikati 2003). Converse . . . . .

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management).

Butuh Artikel/Jurnal lainnya ?, click di :

Senin, 02 Mei 2011

Brand Image and Brand Dilution in the Fashion Industry

by : Peter M. Kort & Jonathan P. Caulkins
2005
Vienna University of Technology, Department of Operations Research and Systems Theory, Vienna, Austria
Abstract
We develop a dynamic optimal control model of a fashion designer's challenge of maintaining brand image in the face of short-term pro…t opportunities through expanded sales that risk brand dilution in the longer-run. The key state variable is the brand’s reputation, and the key decision is sales volume. Depending on the brand’s capacity to command higher prices, one of two regimes is observed. If the price mark-ups relative to production costs are modest, then the optimal solution may simply be to exploit whatever value can be derived from the brand in the short-run and retire the brand when that capacity is fully diluted. However, if the price markups are more substantial, then an existing brand should be preserved.
It may even be worth incurring short-term losses while increasing the brand's reputation, even if starting a new brand name from scratch is not optimal.

1 Introduction
People pay more for brand-name products than they do for essentially identical products lacking brand identity. Sometimes this pertains to brand as a signal of quality (e.g., Maytag washing machines). However, brand-name markups are particularly pronounced in the fashion industry where functionality is less important than the brand's signal of style and exclusivity. If Gucci products are very expensive, then people who display their consumption of Gucci products are signaling their wealth to all observers (Bikhchandani et al., 1992; Coelho and McClure, 1993; Bagwell & Bernheim, 1996; Frijters, 1998; Corneo and Jeanne, 1999; Bianchi, 2002). From marketing textbooks we know that the price of prestige goods should not be too low, because demand could be lower at a lower price (e.g., Berkowitz et al., 2000; Boone and Kurtz, 1999; Perreault and McCarthy, 2000).
Physically attaching a brand-name to a product costs little, so the brand's capacity to command higher prices translates into substantial pro…t opportunities. This capacity is name-speci…c; merely sewing the name “Joe Smith”on a sweater won't increase its value to anyone, except perhaps Mr. Smith. Likewise, the price-raising capacity of any given name can vary over time. The name Ambercrombie & Fitch once was highly valued, being associated with the likes of Teddy Roosevelt and Ernest Hemingway. It fell upon hard times by the 1970s before being successfully resurrected by The Limited (Carbone, 2004).
Hence, a particular brand’s capacity to command higher prices is like a capital asset whose magnitude varies over time and that deserves to be managed carefully. This paper models a key issue in brand management, namely the preservation of “brand image” in the face of short-term opportunities that risk “brand dilution.” The basic ideas are familiar from brand management texts, but were deliciously described in a special Fashion Survey issue of The Economist (March 6-12, 2004, p.7), which used the term "brand integrity" rather than "brand image".......(baca_selengkapnya)

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :

Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management).

e-mail ke : kana_ati@yahoo.com atau kanaidi@poltekpos.ac.id

Butuh Artikel/Jurnal lainnya ?, click di :

PENGARUH CITRA MEREK DAN PENYAMPAIAN JASA BENGKEL RESMI TERHADAP NILAI PELANGGAN SERTA DAMPAKNYA PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN PELANGGAN

(Suatu Survey Terhadap Kendaraan MPV 2000 cc ke bawah Pada Bengkel
Resmi Dealer Mobil Di Bandung)
oleh : M. Yani Syafei - 2009

Abstrak

Keberadaan bengkel tidak dapat dipisahkan dengan kendaraannya, dimana pelayanan jasa bengkel pada bengkel resmi suatu dealer mobil akan menjadi suatu jaminan terhadap suatu merek mobil tertentu supaya tetap diminati oleh konsumen sehingga setiap dealer mobil dituntut untuk meningkatkan citra merek bengkelnya yang lebih baik.
Penelitian ini dilakukan terhadap seluruh bengkel resmi dealer mobil di kota Bandung, yaitu sebesar 37 bengkel resmi dari 12 ATPM dengan total pelanggan yang dijadikan responden adalah sebanyak 296 pelanggan. Penelitian ini bersifat deskriptif dan verifikatif, sedangkan analisis data dengan menggunakan analisis jalur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total pengaruh citra merek lebih besar dibandingkan penyampaian jasa bengkel resmi terhadap nilai pelanggan, dan begitu juga terhadap keputusan pembelian pelanggan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pelanggan beranggapan popularitas nama bengkel menjadikan manfaat jasa bengkel resmi yang sangat besar dan merupakan bagian yang penting dalam pemilihan suatu jasa bengkel, sehingga sedemikian rupa memberikan keyakinan akan jasa bengkel yang handal dan berkualitas.
Kata Kunci : citra merek, penyampaian jasa bengkel resmi, nilai pelanggan,
keputusan pembelian pelanggan.


1.1. Pendahuluan
Pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat, dan Indonesia masih tetap menduduki urutan keempat terbanyak di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Sedangkan penyebaran penduduk Indonesia masih belum merata, dimana pada tahun 2000 sebagian besar (sekitar 59 persen) penduduk Indonesia berada di pulau Jawa dengan kepadatan penduduk sekitar 951 orang per kilometer persegi. Adapun kepadatan penduduk di pulau Jawa didominasi oleh propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat, dimana propinsi Jawa Barat merupakan jumlah penduduk terbanyak di pulau Jawa. Sedangkan pulau Jawa merupakan pulau dengan jumlah dan kepadatan penduduk terbesar di Indonesia.
Bandung sebagai ibu kota Propinsi Jawa Barat, sekaligus merupakan kota terbesar dan terpadat di Jawa Barat, dimana pada tahun 2002 jumlah penduduknya hampir mencapai.............(baca_selengkapnya)

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management). e-mail ke : kana_ati@yahoo.com atau kanaidi@poltekpos.ac.id

Related Posting :


An investigation into antecedents and consequences of universities internal branding in Thailand: from the manager’s perspective.

2008

Abstract
This research aims to examine the antecedents and consequences of internal branding in universities, as well as variables that have mediating and moderating effects. Internal branding focuses on employees’ understanding of the brand value and the way they deliver the brand experience. The research methodology would be based on a combination of qualitative and quantitative methodologies, steeped in a belief of the value of triangulation as a strategy for conducting valid and reliable research. Top management and academic employees of Thai universities will take part in the research involving use of interviews, questionnaires.
Keywords: higher education, internal branding, employee, leadership, government policy

1. Introduction
For service organisations that usually face the challenge of developing the brand for an intangible and complex offering, developing the organisation brand from inside out is vital (Judson et al., 2006). Educational institutions increasingly employ some kind marketing activities and branding programmes (Oplatka and Brown 2004; Bunzel 2007; Ivy 2001), even though they tend to be unsystematic in nature (Oplatka and Brown 2004). Stensaker (2005) states that the university brand will not be trustworthy if their employees display brand characteristics. However, several
authors note that employees may not support and represent their company’s branding effectively (Ind 2001; Mitchell 2004; Schein 1992). Sometimes employees’ beliefs ............(baca_selengkapnya)

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :

Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management).

e-mail ke : kana_ati@yahoo.com atau kanaidi@poltekpos.ac.id

Butuh Artikel/Jurnal lainnya ?, click di :