Kamis, 25 November 2010

Analisis Asosiasi Merek ’Kredit Tanpa Agunan Mandiri ’ (KTAM) Sebagai Produk Unggulan Bank Mandiri Banjarmasin

oleh : Laila Refiana & Bulhadi
(Dipublikasi : The 4th PPM National Conference on Management Research Jakarta, 25 November 2010, ISSN: 2086-0390, hal. 1-11)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa asosiasi merek menurut pandangan debitur Kredit Tanpa Agunan Mandiri (KTAM) pada Bank Mandiri di Banjarmasin, apakah atribut dari asosiasi merek menurut pandangan debitur KTAM Bank Mandiri di Banjarmasin tersebut dapat mendukung perluasan merek KTAM dan strategi penentuan posisi apakah yang cocok untuk mendukung perluasan merek bagi KTAM tersebut. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.
Metode Cochran Q Test digunakan untuk analisis data asosiasi merek. Hasil penelitian adalah atribut kecepatan proses memiliki nilai tertinggi, disamping itu juga didukung oleh asosiasi merek positif lainnya seperti bunga yang bersaing, petugas penjualan yang ramah, persyaratan dokumen yang sederhana dan persetujuan limit kredit.
Kata Kunci: Asosiasi merek, perluasan merek, penentuan posisi.

PENDAHULUAN
Deregulasi perbankan 27 Oktober 1988 merupakan kebijakan penghapusan barrier to entry di industry perbankan. Dengan deregulasi tersebut pemerintah memandang perlu untuk menciptakan iklim persaingan perbankan melalui mekanisme pasar. Meningkatnya persaingan dan cepatnya deregulasi perbankan telah mengarahkan bisnis jasa perbankan mencari cara yang menguntungkan untuk mendiferensiasikan diri mereka terhadap para pesaing.
Salah satu persaingan yang terjadi adalah pada produk Kredit Tanpa Agunan (KTA) berupa pemberian dana pinjaman kepada konsumen tanpa jaminan. Produk ini ditawarkan oleh beberapa bank dengan berbagai mereknya, antara lain KTA Panin, KTA BNI, dan lain-lain. Banyaknya merek yang mirip untuk produk di pasar perbankan seperti ini bisa membingungkan konsumen.
Untuk mendukung penjualan Kredit Tanpa Agunan Mandiri (KTAM), Bank Mandiri telah menyiapkan processing system yang diberi nama Loan Origination System (LOS), dimana dengan sistem ini aplikasi permohonan diproses secara Scoring Online System (SOS) yang bisa memperpendek jalur keputusan kredit, sehingga proses lebih cepat. Disamping itu, juga dibentuk Strategic Business Unit dengan nama Consumer Loans Business Centre (CLBC) Banjarmasin berfokus kepada penyaluran kredit konsumtif, termasuk KTAM.

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management).

Butuh Artikel/Jurnal lainnya ?, click di :
http://organisasi.org/strategi-jenis-macam-dan-pengertian-merek-merk-brand-produk-barang-dan-jasa-manajemen-pemasaran

Kepuasan Konsumen, dan Kepercayaan Merek, sebagai determinan Loyalitas Merek Produk Esia

Oleh : Gilang Widya Kartika & Tri Wismiarsi
(Dipublikasi : The 4th PPM National Conference on Management Research Jakarta, 25 November 2010, ISSN: 2086-0390, hal. 1-10)
Abstract
This paper aims to investigate the relationship between customer satisfaction, brand trust and brand loyalty. The data were taken from subscribers of Esia. The results show that overall satisfaction affects brand trust. Overall satisfaction is also directly related to brand loyalty. Brand trust came out as mediator the relationship between customer satisfaction and brand loyalty. The method used in this study includes multivariate analysis and structural equation modeling.
Kata Kunci: Kepuasan pelanggan, kepercayaan merek, loyalitas merek.

Pendahuluan
Setiap organisasi memiliki tujuan untuk membangun merek yang kuat di pasar. Merek yang kuat memberikan sejumlah manfaat bagi perusahaan, diantaranya mengurangi kerugian akibat aktivitas pemasaran yang kompetitif, mendapatkan margin yang lebih besar, terjalinnya hubungan baik antara konsumen dan perusahaan, dan peluang terjadinya perluasan merek (Delgado dan Munuera, 2005). Situasi pemasaran yang sangat dinamis, membuat para pelaku pasar berlomba-lomba menawarkan berbagai macam pilihan produk kepada konsumen. Adanya situasi tersebut membuat para konsumen menjadi lebih leluasa dalam menentukan pilihannya. Sementara bagi produsen, hal ini menjadi tantangan untuk mempertahankan loyalitas konsumennya. Kesetiaan atau loyalitas merek timbul karena konsumen mempersepsikan bahwa merek tersebut menghasilkan produk yang memiliki sejumlah manfaat dan kualitas dengan harga yang sesuai seperti yang terlihat pada merek-merek yang menjadi pemimpin pasar, merek tersebut memiliki pelanggan yang loyal (Giddens, 2002).
Konsep relationship marketing memandang kepercayaan (trust) sebagai faktor utama yang mendasari sebuah hubungan (Delgado dan Munuera, 2005). Adanya kepercayaan seseorang, dengan derajat tertentu, terhadap orang lain di dalam . . . . . .

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management).

Butuh Artikel/Jurnal lainnya ?, click di :

ANALISIS PENGARUH BRAND SPONSORSHIP TERHADAP BRAND AWARENESS

oleh : Hilmi Sanova & Tri Wismiarsi
(Dipublikasi : The 4th PPM National Conference on Management Research Jakarta, 25 November 2010, ISSN: 2086-0390, hal. 1-9)
Abstrak
Brand sponsorship is an important promotion tool for cigarette industry, as the industry is limited by Peraturan Pemerintah No.81/1999 for its promotion activities. Therefore, this study looks at the effectiveness of brand sponsorship on brand awareness. This study used primary data which were taken from event sponsored by Djarum Super. The results reveal that brand sponsorship is related to brand awareness.
Keywords: brand sponsorship, brand awareness, Djarum Super

Pendahuluan
Persaingan bisnis yang semakin ketat menjadi tantangan bagi para produsen dalam menyusun strategi, agar produk mereka dapat menjadi pilihan konsumen. Produk yang baik, belum dapat menjamin perusahaan untuk mendapat keuntungan. Sebelum suatu produk diluncurkan ke pasar, produsen harus memperkenalkan merek (brand) produk tersebut kepada masyarakat. Hal tersebut dianggap penting, karena merek sangat berperan dalam mempengaruhi konsumen untuk membeli suatu produk (Aaker, 1996). Saat ini persaingan untuk memperebutkan pelanggan tidak hanya terjadi di pasar, akan tetapi terjadi juga di benak pelanggan (Rise dan Troute, 2002).
Upaya membangun kesadaran merek (brand awareness) adalah suatu hal mendasar dalam persaingan merek (Kotler dan Keller, 2006). Awareness merupakan ukuran kekuatan eksistensi suatu merek di benak pelanggan (Aaker, 1996). Kesadaran merek dapat mempengaruhi konsumen dalam . . . . . .

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management).

Butuh Artikel/Jurnal lainnya ?, click di :

Jumat, 19 November 2010

Bagaimana Membuat Brand Produk Anda Menjadi Top of Mind di Benak Konsumen?

Dalam ilmu marketing ada istilah “top of mind”. Top of mind maksudnya brand produk yang nancap nomer satu di benak konsumen. Ketika orang menyebut nama umum produk tersebut, yang langsung kita ingat adalah brand tersebut. Contoh, dulu ketika menyebut sepeda motor, top of mind-nya adalah Honda. Sekarang Yamaha juga lumayan sukses menjadi top of mind.

Nah mengenai top of mind itulah yang akan kita bahas kali ini. Bagaimana membuat produk anda menancap menjadi top of mind di benak konsumen. Mari kita mulai saja…

Sering kali top of mind berkaitan dengan market share atau penguasaan pasar. Sebuah brand produk yang menguasai pasar biasanya menjadi top of mind. Karena itu, pemilik produk biasanya selalu berusaha menggenjot penjualan. Maka beragam cara promosi dilancarkan. Target market dibombardir dengan promosi dari segala arah.

Kalau di bisnis internet, promosi online berbayar lewat iklan PPC, promosi gratis, dan promosi lewat blog dilancarkan. Bukan itu saja, promosi offline pun ikut dirambah. Belum cukup? Teknik SEO pun diperdalam agar bisa merajai hasil pencarian di search engine.

Maka benar apa kata Mas Hengky kalau menjadi pebisnis internet butuh banyak amunisi dan jurus. Tidak cukup tahu blogging saja, namun juga ilmu copywriting, dan lainnya. Namun enaknya itu semua bisa dipelajari sambil menekuni bisnis internet yang resikonya boleh dibilang relatif kecil. Makin lama kita menggeluti bisnis internet, makin dalam ilmu yang kita miliki.

Di samping lewat promosi, pencapaian top of mind sebuah brand produk berkaitan dengan kemampuan membangun hubungan yang kuat dengan konsumen. Interaksi dengan konsumen kembali menjadi syarat mutlak. Ibaratnya pemilik produk seolah selalu berada di samping konsumen.

Namun kedua upaya tadi bisa kurang berhasil mencapai top of mind bila tak didukung kuatnya identitas brand. Berikut ini beberapa kriteria yang patut anda pertimbangkan ketika memilih identitas brand produk anda:

  • Mudah diingat. Kalau bisa sekali mendengar/membaca, konsumen langsung ingat brand produk anda. Karena itu, brand produk sebaiknya tak terlalu panjang. Pemilihan nama brand produk sama pentingnya seperti saat anda memilih nama domain situs web.
  • Berkaitan. Brand produk anda berkaitan dengan produk yang anda tawarkan. Misalnya produk anda untuk menghilangkan masuk angin, brand-nya ada embel-embel kata “angin”-nya. Tujuannya juga untuk memudahkan konsumen menghubungkan brand anda dengan masalah yang sedang anda hadapi.
  • Fleksibel. Artinya brandnya bisa terus dikembangkan. Selalu terbuka kemungkinan memperbaiki produk anda secara terus-menerus. Cara ini juga dimaksudkan untuk menjaga eksistensi produk anda.

Nah, untuk menjadi top of mind mulailah dengan membuat identitas brand yang kuat lalu lakukan kedua upaya tadi. Yaitu menggenjot promosi dan menguatkan hubungan dengan konsumen.

Baiklah… bagaimana menurut anda? Silakan sampaikan komentar anda dan mari kita diskusikan.

Forwarded by : Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management).


Related Posting :

http://www.jokosusilo.com/2009/02/12/bagaimana-membuat-brand-produk-anda-menjadi-top-of-mind-di-benak-konsumen/


Sabtu, 06 November 2010

10 Merek Top Dunia


KOMPAS.com (Selasa, 21 September 2010)
Beberapa waktu lalu, konsultan merek Interbrand merilis peringkat 100 merek paling top global. Coca-Cola masih menjadi mereka nomor 1 untuk 17 tahun berturut-turut.

"Mereka secara konsisten menjaga kualitas merek mereka. Ada studi kasus fantastis yang menunjukkan bagaimana Coca-Cola melakukannya dengan benar," kata Jez Frampton, group CEO Interbrand.


Berikut daftar 10 merek ternama dunia:
1. Coca-Cola
2. IBM
3. Microsoft
4. Google
5. GE
6. McDonald's
7. Intel
8. Nokia
9. Disney
10. HP
(Barratut Taqiyyah/Kontan) 

Jumat, 05 November 2010

A Study of Brand Loyalty in the Business-to-Business Services Sector

by : Rebekah Bennett
(Published by : The University of Queensland, School of Management, July 2001)

Abstract
Brand related concepts in the business-to-business sector have received little attention. Nevertheless recent research has shown that brand equity exists in business-to-business markets. Thus, brand-building investments in this sector may be worthwhile. Moreover, the brand loyalty concept appears to be relevant to the business- to-business sector. But little attention has been given to examining the antecedents of brand loyalty in a business service context, although a number of researchers have isolated one or more variables that impact on brand loyalty.
This thesis attempts to address this gap in the literature. Specifically it aims to provide a comprehensive view of brand loyalty for business services by proposing and testing a model of its potential antecedents. Two separate dimensions of brand loyalty are examined: attitudinal brand loyalty and behavioural brand loyalty. Both dimensions are important to the study of brand loyalty and should be considered jointly, rather than in isolation as has occurred in past studies. The antecedents of brand loyalty are drawn from extant business and consumer marketing literature, and include trust, commitment, satisfaction, perceived risk and involvement. Trust and commitment are viewed as ‘relational’ factors. These constructs are drawn from the business- to-business marketing literature. Satisfaction is described as an ‘emotional’ construct with roots in both the consumer and business marketing fields. Finally, perceived risk and involvement can be described as ‘cognitive’ factors. Their importance to brand loyalty is illustrated in the consumer marketing literature. Thus, the model proposed here is comprehensive in scope.
The research context for this study is the business services sector. The data was collected using both field survey research and archival data. The attitudinal data was collected prior to the behavioural data, thus making this research longitudinal in its design. Moreover, the research was undertaken in three stages. The first stage was a pilot study of the survey instrument to test the reliability of the scales used, as many of the scales were adapted from a consumer context......
Keywords: Attitudinal brand loyalty, behavioural brand loyalty, business-tobusiness, services marketing, longitudinal archival/field study.

Artikel lengkap dikompilasi oleh/hubungi :
Kanaidi, SE., M.Si (Penulis, Peneliti, PeBisnis, Trainer dan Dosen Marketing Management).

Butuh Artikel/Jurnal lainnya ?, click di :